Cerita pendek creepypasta

Cerita Creepypasta Mungkin kalian sudah sering mendengar tentang creepypasta. Berikut cerita creepypasta :  Creepypasta Lavender Town Syndrome Kisah Lavender Town Syndrome adalah kasus bunuh diri dan penyakit yang terjadi pada anak berusia 7-12 tahun beberapa bulan setelah Pokemon Red dan Green rilis di Jepang, 27 Februari 1996. Rumor mengatakan bahwa kasus tersebut hanya terjadi setelah anak-anak memainkan gamenya yang sudah mencapai Lavender Town. Musik dalam Lavender Town memiliki frekuensi yang sangat tinggi, hanya anak-anak dan remaja yang masih muda dapat mendengarnya, karena telinga mereka belum sepenuhnya berkembang. Sahabat anehdidunia.com setidaknya ada dua ratus anak dilaporkan telah bunuh diri dengan cara gantung diri atau terjun dari ketinggian. Sedangkan yang tidak melakukannya, merasakan sakit kepala yang parah setelah mendengarkan musik Lavender Town. Creepypasta ini sepertinya terinspirasi oleh pengumuman tingginya kasus bunuh diri di Jepang yang dikeluarkan pada tahun

Cerpen Misteri Yang Belum Terpecahkan

MISTERI YANG BELUM TERPECAHKAN



Pada saat itu, Firman mengajakku pergi ke sebuah tempat yang katanya sangat ramai dikunjungi oleh banyak orang. Aku pun menyanggupi keinginannya tersebut. Sebelum berangkat, kami berkumpul dahulu di rumahku.
“Eh, sebenarnya kita mau pergi ke mana sih?” tanyaku dengan keheranan.
“Udah ikut aja, pasti seneng kamu nantinya!” jawabnya dengan nada menyakinkan.
“Ya udahlah, tapi nggak berbahaya kan?” tanyaku.
“Nggak-nggak. Tenang aja, di sana juga banyak orang kok. Kamu udah nyiapin perlengkapan yang aku suruh kan?” balasnya. “Udah!” lanjutku.
Setelah semuanya sudah siap, kami berdua langsung berangkat menggunakan sepeda motor. Di perjalanan aku terus bertanya-tanya keheranan sendiri. “Emang dia mau ngajak ke mana sebenarnya sih? Kok pikiranku jadi ndak enak gini ya?”. Ketika sedang melamun memikirkan jawabannya, tiba-tiba.
“Ciiittt… krossakk…” tiba-tiba kami terjatuh dari motor. Karena pada saat itu, keadaan jalannya licin dan sedikit berkabut. Kami pun langsung membangunkan motornya dan melanjutkan perjalanan.

Man, kenapa kamu tiba-tiba nge-rem gitu?” tanyaku dengan penasaran.
“Itu tadi ada nenek-nenek nyeberang. Untung tadi ndak ketabrak!” jawabnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Haa! Nenek-nenek? Dari tadi aku merhatiin jalan ndak ada yang nyeberang kok?” jawabku dengan sedikit rasa cemas.
“Iya tadi ada yakin. Mungkin kamu ketutupan kabut kali matanya” jawabnya sambil tertawa.
“Heleh… mendingan kita balik pulang aja” pintaku kepada Firman agar mau balik pulang.
“Nggak ah, udah terlanjur sampai jauh kok bentar lagi juga sampai” jawabnya dan aku hanya mendengarkan. Tetapi dalam hatiku, aku sangat cemas dan bertanya-tanya sendiri “Kenapa tadi kami tiba-tiba jatuh karena hanya untuk menghindari nenek-nenek yang sedang nyeberang? Padahal jalanannya sepi?”.
Tidak terasa kami sampai di sebuah tempat yang cukup asri, sejuk, dan sangat nyaman digunakan untuk camping. Di depan pintu masuk tertulis ‘SELAMAT DATANG DI DESA NGANJUNG’. Aku pun kembali bertanya-tanya “Desa apa ini? Kenapa aku baru pertama kali melihat dan mengetahuinya?”.
Sesampainya di sana, keadaan desa tersebut ramai. Banyak orang berlalu-lalang, tetapi mereka semua tidak saling-pandang satu sama lain dan anehnya wajah mereka kaku seperti orang mati. Setelah cukup lama memasuki desa, akhirnya kami sampai di tempat yang banyak orang berkumpul untuk camping.
Kami pun bergabung dengan mereka semua, tetapi hal aneh kembali terjadi. Semua yang ikut acara camping tersebut memiliki wajah yang sama seperti orang desa yang aku lihat tadi.
“Eh, Joe. Jangan ngelamun aja, cepetan kita buat tendanya sebelum matahari terbenam!” perintah Firman sambil menepuk pundakku.
“Ohhh, iya-iya” aku sedikit kaget dengan tepukan di pundakku tadi.
Setelah semuanya selesai, kami segera mencari kayu bakar dan membuat api unggun. Seperti orang lain, kami semua beraktivitas layaknya tanpa ada rasa yang aneh. Aku pun masih tetap bingung dengan kejadian ini, mengapa hanya aku yang merasa aneh dan Firman tetap baik-baik saja tanpa menyadari hal di sekitarnya.
Malam pun telah tiba, keadaan di sini sangatlah dingin. Setelah makan malam dan menghangatkan tubuh, aku langsung masuk ke tenda dan langsung tidur dengan berselimut kain hangat buatan ibu.
“Hai, nak!” sepertinya ada yang memanggilku dari belakang. Aku pun segera menoleh dan kudapati seorang kakek dengan baju serba putih. Kuhampiri dengan pelan-pelan, walaupun dalam benakku aku sangat takut.
“Ada apa, Kek?” tanyaku keheranan. Kakek tersebut hanya diam saja dan terus berjalan ke arah yang tidak aku tau. Ternyata oh ternyata, kakek tersebut mengantarku ke tempat yang aku gunakan untuk camping. Aku pun semakin bingung dengan kejadian ini, kakek itu pun akhirnya berhenti dan mengajakku untuk duduk.
“Kau tau tentang tempat ini?” tanya kakek tua tersebut kepadaku.
“Tidak tau, Kek” jawabku perlahan.
“Tempat ini dahulu sering digunakan untuk berkemah oleh para remaja yang datang jauh. Semua orang di sini pun senang menyambut kedatangan mereka, banyak orang desa yang berjualan aneka minuman dan makanan. Tetapi, para remaja banyak yang melakukan hubungan terlarang, meminum-minuman keras, berj*di, hingga mebuat kebisingan di daerah ini. Saya dan para warga daerah di sini sudah memberikan peringatan langsung kepada mereka. Alhasil, mereka tetap tidak mau mendengarkan dan malah menyerang para warga di sini. Mereka menghancurkan, mengambil, menyiksa, dan membunuh para wanita dan anak-anak. Semua warga dan para remaja tersebut saling membunuh dan akhirnya tewas di tempat ini” jelasnya kepadaku.
Aku pun hanya terdiam dan beristighfar kepada yang Maha Kuasa. Kenapa tempat yang indah ini malah hancur dan tidak bisa dimanfaatkan dengan benar.
“Joe… Joe… Joe, bangun. Ayo sarapan terus kita pulang ke rumah!” perintah Firman membangunkan ku.
“Iya-iya bentar” kataku dengan malas. Setelah sarapan, Aku dan Firman langsung merapikan tenda. Setelah rapi, kami istirahat sebentar dan ‘BOOOOM’ kakek yang ada di mimpiku tadi malam sekarang ada di depan mataku.
“Nak, masih ngapain kamu di sini dan dengan siapa kalian?” tanya kakek kepada kami.
“Kami sedang camping, Kek. Kami bersama para remaja lain yang dari kemaren camping di sini” jawab Firman dengan lirih.
“Dari kemaren tidak ada remaja yang melakukan camping di daerah ini. Segeralah pulang saja kalian!” perintah kakek dengan nada sedikit keras. ‘Jedaaarrr’ seraya ditembak menggunakan Shotgun. Kami terdiam dan melihat sekeliling yang ada hanyalah semak-belukar yang sudah tidak terawat lagi. Dengan perasaan yang penasaran bercampur rasa takut, kami langsung bergegas mengambil motor dan segera pergi dari tempat tersebut.
Dalam perjalanan pulang, Aku dan Firman saling bertanya-tanya tentang kejadian yang menimpa kami barusan. Hari pun semakin gelap, karena di daerah tersebut sangat rimbun dan cahaya matahari tidak bisa menembus dedaunan di sana.
“Tiiik… tiiik… tiiik…” tiba-tiba air hujan perlahan membasahi baju, kami pun menepi dan mencari tempat untuk berteduh.

Pada saat kami sedang mencari tempat untuk berteduh, akhirnya kami pun mendapati sebuah rumah yang sangat besar.
“Kita berteduh di dalam rumah ini saja, sembari menunggu hujan agar reda kita membuat makanan!” perintah Firman kepadaku.
“Iya, tapi kenapa rumah sebesar ini tidak ada yang menempati ya?” tanyaku keheranan kepada Firman.
Ketika kami sibuk untuk membuat makanan, tiba-tiba terdengar suara perempuan dari arah rumah besar tersebut. Kami pun kaget bukan kepalang yang ternyata…
“Hai, kalian berdua kenapa ada di luar?” tanya seorang wanita dengan nada sedikit keras. Kami pun langsung menoleh ke belakang dan ternyata yang memanggil adalah pemilik rumah tersebut.
“Kami sedang berteduh sembari menunggu hujan reda kami membuat makanan” jawabku sambil tersenyum. Ketika aku memperhatikan wajah dari Sang pemilik rumah, tampak raut wajahnya pucat pasi. Ah lupakan sajalah, mungkin ini karena Aku kurang makan, jadi memikirkan hal-hal yang aneh.
“Ya udah, kalian berdua masuk dan makan di dalam saja. Mumpung pembantu saya sedang memasak!” pintu ibu tersebut. Karena hawa yang dingin dan hujan yang cukup deras, kami memutuskan untuk menuruti apa kata ibu tersebut.
Saat kami berdua masuk, hawa dingin menyelimuti badan kami. Sangat terasa dingin sekali ruangan rumah ini, padahal dari tadi aku tidak melihat AC. Kami berdua dipersilahkan untuk duduk di meja makan yang sudah dipersiapankan.
“Silahkan, kalian berdua duduk di situ!” perintah ibu tersebut dengan nada yang lirih. Ketika kami duduk, di situ juga ada suami dari ibu tadi.

“Man, kenapa bapak itu tampaknya lesu dan pucat gitu ya?” tanya dengan nada yang lirih.
“Huusssttt… Kamu itu kalo bilang ngawur. Mungkin bapak itu sudah lelah dan capek selepas bekerja seharian” jawabnya dengan ragu-ragu.
“Tapi, kamu tidak menyadari ada hal yang aneh gitu saat kita pertama…” Tidak selesai aku berbicara, ibu yang tadi datang sambil membawa makanan. Kami pun langsung dipersilahkan untuk makan. Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba lauk yang ada dipiring jatuh ke bawah, lantas aku langsung mengambil dan tanpa terduga.
“Glek… (menelan ludah) itu kenapa kakinya tidak ada ya?” tanyaku keheranan, tanpa berpikir panjang lagi aku langsung beranjak untuk makan lagi.
Setelah selesai makan, aku bertanya kepada Firman.
“Man, ada yang aneh sama keluarga ini” tanyaku dengan nada yang lirih.
“Aku juga ngerasa ada yang aneh, dari tadi makan banyak tapi kok ndak kenyang-kenyang” jawabnya dengan wajah yang takut.
“Kalian kalo sudah selesai, boleh liat-liat isi dari rumah ini kok. Anggap aja seperti rumah sendiri” kataku ibu tersebut sambil merapikan piring yang ada di meja. Seperti dihipnotis saja, kami selalu menuruti omongan dari ibu tersebut.
Tanpa kami sadari, ternyata kami sudah berada di lantai 2. Kami pun langsung menelusuri setiap ruangan yang ada di rumah tersebut dan kami terhenti karena ada kamar yang terbuka sedikit serta tercium bau yang sangat tidak enak.
“Man, bau apaan sih ini? Kok nyengat banget ya di hidung, mungkin dari arah ruangan itu?” kataku sambil menunjuk ruangan yang sedikit terbuka.
Setelah kami masuk dan menghidupkan lampu yang ada di ruangan tersebut.
“Mm… Mann… Itu ada mayat” kataku sambil terbata-bata seketika melihat mayat yang ada di depanku. Ternyata ada 2 mayat yang sangat mengenaskan, ketika diperhatikan ternyata mayat-mayat tersebut memiliki wajah yang sangat persis dengan ibu dan bapak pemilik rumah itu.
Seperti maling yang sedang dikejar polisi dan anjing pemburu, Aku dan Firman langsung tunggang langgang. Ketika sudah turun dari tangga, yang aku lihat bukanlah rumah mewah yang aku lihat seperti tadi. Sekarang hanyalah sebuah rumah yang sudah tidak terawat lagi, banyak semak belukar yang tumbuh di dalam rumah ini dan yang paling mengerikan adalah adanya pohon beringin yang besar tumbuh di situ.
Segera kami berdua langsung bergegas ke luar rumah dan langsung menghidupkan motor. Setelah keluar dari daerah tersebut, kami diberhentikan oleh bapak-bapak yang sedang berada ada di sekitar situ.
“Nak, kenapa kalian berdua keliahatan takut?” tanya salah satu bapak.
“Itu, Pak. Tadi kami mencari tempat berteduh, kami mendapati rumah yang sangat besar dan berada di ujung jalan itu” jawab Firman dengan nafas yang terengah-engah.
“Ohhhh, rumah itu. Rumah tersebut sangat angker dan sudah tidak ditinggali lagi. Rumor yang beredar kalo para remaja yang pulang camping sering melihat keberadaan rumah tersebut dan terpancing untuk masuk ke dalamnya. Tetapi setelah masuk ke dalam, para remaja tersebut tidak kembali lagi. Bersyukurlah kalian karena bisa keluar dari rumah tersebut. Ya udah kalian lanjutkan lagi perjalanannnya dan saya ingatkan agar tidak berhenti di daerah ini!” perintah bapak tersebut kepada kami berdua.
“Baik, Pak! Terima kasih sudah memberi tau” jawabku dan segera kami pergi dari tempat tersebut.
Setelah berjalan beberapa meter, Aku menoleh ke belakang dan alangkah terkejutnya karena tidak kutemui bapak-bapak yang memberhentikan kami tadi.
Setelah lama mengendarai motor, akhirnya kami sampai juga di rumahku. Aku pun bersyukur karena bisa pulang dengan selamat, Aku langsung mencari ibu dan segera meminta maaf karena sudah berbohong. Karena aku berpamitan untuk mengikuti kegiatan camping di sekolah, padahal aku pergi camping bersama Firman. Dari peristiwa tersebut, aku tidak berani untuk pergi tanpa pamit dahulu kepada orangtua dan tidak berbohong lagi.

Comments

  1. min nuampang share ya :)
    DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
    dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :)

    ReplyDelete
  2. bosan tidak tahu mesti mengerjakan apa ,,
    daripada begong saja, ayo segera bergabung dengan kami di
    F*A*N*S*P*O*K*E*R cara bermainnya gampang kok hanya dengan minimal deposit 10.000
    ayo tunggu apa lagi buruan daftar di agen kami ya..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Penjelasan Pocong Merah dan Asal Usul Pocong

kisah psikopat leonarda cianciulli

Depressed Killer ( Sub English )